Minggu, 03 Juni 2012

GIVE IT YOUR BEST SHOT



Besarnya pengaruhku terhadap komunitasku sama dengan besarnya niatku untuk bertindak.



Sebagai seminaris, kita punya potensi atau bakat baik jasmani (olahraga, teater, jurnalistik, dll) maupun rohani (memimpin, berteman, indra keenam,dll). Awalnya, bakat ini belum disadari dan kita perlu menyadarinya karena akan lebih mudah untuk bersosialisasi dengan dan mengaktulisasikannya kepada orang lain.
Aku mau sharing mengenai bakat olahragaku, yaitu basket. Lewat basket, aku banyak menimba pelajaran hidup seperti kerjasama, tidak egois, dan menerima kekalahan. Karena kemampun basketku lumayan, aku diijinkan untuk gabung di IFO (Ekskul olaharaganya Seminari Mertoyudan). Perasaanku senang karena bakatku sekaligus hobi bisa kusalurkan lewat IFO. Dan, perasaan senang membuatku semangat dalam tiap latihan.
Latihan yang kulakukan bertujuan untuk menyiapkan teamku apabila ditantang atau menantang team SMA luar. Aku bersyukur, karena kemudian aku dipilih menjadi pemain inti untuk melawan SMA Van Lith (VL). Bagiku mereka bukan lawan yang mudah, karena mereka bermain di kandang. Porsi latihanku tambah secara pribadi untuk memoles teknik dan fisik, supaya aku main bagus, teamku menang. Motivasiku sederhana yaitu ingin menang karena teamku yang menantang dan kalau kalah malu dong (ah).
Hari yang dinanti telah tiba. Pertandingan pun berjalan 3s (seru, sengit, spektakuler). Nggak hanya akal yang main, okolpun dikeluarkan. Kesabaranku ada batasnya, aku jangan sampai dikasari. Sekarang bola yang ada digenggaman tanganku dan siap ku-shoot. Lalu, seolah-olah aku mau nge-shoot dan ternyata musuhku berusaha ngeblok, kemudian dia limbung dan badannya menimpaku. Aku juga ikut jatuh. Karena saking gemesnya, bola yang masih ada di tanganku hampir saja kulempar ke mukanya. Tidak jadi. Akhirnya pertandingan dimenangkan VL dan aku yang mengalahkan perasaankku.
Pelajaran penting yang kuambil dari pengalaman ini yaitu aku bisa memilih sikap yang tepat yang tidak didasarkan atas perasaan senang atau jengkel saja. Aku mampu mengendalikan perasaanku sehingga aku tidak salah bertindak. Apa jadinya apabila aku melempar bola itu ke mukanya, mungkin yang ada bukan pertandingan persahabatan tapi pertandingan tawuran. Hanya satu pesanku “semua dari kita punya potensi untuk menjadi influence man untuk hidup komunitasnya”. Namun pertanyannya sekarang adalah pengaruh baik atau buruk apa yang kuberikan bagi komunitasku lewat sikap dan tindakanku ? Silahkan pertanyaan itu direfleksikan. Tuhan serta kita, amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar