Kamis, 21 Juni 2012

Beautiful Peace

 

“Saya ingin Indonesia menjadi keluarga besar di mana anak-anak masa depan tidak lagi mendengar nyanyian berbau kekerasan, tidak menuliskan kata-kata bermandi darah. Jangan lagi ada curiga, kebencian dan permusuhan” (Mgr. Soegijapranata)


Situasi Indonesia menggambarkan dua kenyataan yang berbeda yakni kekayaan dan kemiskinan. Indonesia dikenal sebagai bangsa yang kaya akan warisan budaya dan sumber daya alam. Sementara itu, Indonesia dihuni oleh puluhan juta rakyat miskin. Dua realita ini patut kita banggakan dan kita refleksikan. Kemajemukan budaya dan agama-kepercayaan mewariskan kearifan lokal dan harmonisasi yang apik. Inilah yang disadari dari kearifan lokal dan harmonisasi yang apik di tanah air Indonesia. Para pendiri bangsa bertekad menjaga warisan itu dengan mutiara kehidupan “Bhineka Tunggal Ika”-Keberagaman yang menyatu.

Indonesia bagaikan ibu pertiwi kita yang mengasuh dan mengasihi anak-anaknya. Kita yang membawa keunikan dari budaya dan agama diajarkan suatu falsafat hidup yakni Pancasila. Kita sebagai bangsa Indonesia harus terus belajar mewujudkan ajaran-ajaran Pancasila. Kita dapat merasakan cinta dari ibu pertiwi ketika kita mau memuji dan bersyukur pada Allah yang mahaesa, menghargai kemanusiaan dengan adil dan beradab, menjaga persatuan, dan membangun masyarakat yang demokratis. Kita berharap bahwa bangsa kita dapat mengatasi segala persoalan bangsa ini dengan petuah sakti “Pancasila”. Kita ingin mempersembahkan segala daya dan upaya kita untuk saudara-saudari yang berasal dari agama dan budaya yang berbeda, khususnya mereka yang masih mengalami kemiskinan. Ibu pertiwi kita ingin melihat anak-anaknya hidup rukun, bahagia, dan sejahtera. Untuk itu, alangkah indahnya kebersamaan yang menyatu dalam perbedaan agama dan budaya.

Biarlah perbedaan itu nampak sebagaimana Allah Trinitas adalah Allah yang satu. Paham Allah Trinitas hanya diyakini oleh orang-orang Katolik tetapi bukan berarti Allah Trinitas ini milik orang Katolik. Semua orang beriman menyembah Dia yang menciptakan, mengadakan, dan mengatur kehidupan kita kapanpun dan dimanapun kita berada. Saya menawarkan suatu analogi di mana Allah bagaikan Bapak segala bangsa. Allah hadir untuk setiap umat beragama dan percaya kepada-Nya. Entah bagaimana setiap agama memahami Allah, kita adalah anak-anak-Nya. Karena itu, kita pastinya menghormati dan menjalankan apa yang disabdakan-Nya dalam kitab suci kita. Dia membagikan anugerah keselamatan itu secara adil kepada kita semua.

Allah Trinitas merupakan kesatuan dari tiga pribadi illahi yakni Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Allah Trinitas ini masuk dalam sejarah keselamatan manusia. Dengan caranya, Allah menunjukkan kerjasama untuk terus berusaha menyelamatkan manusia dari kuasa dosa. Seolah-olah Allah menguji iman kita dengan perbuatan dosa yang sungguh keji sehingga  melukai relasi kita dengan-Nya. Bagaimanapun juga, Allah ingin kita dapat merasakan kasihNya yang mau menyelamatkan kita. Kesatuan hubungan dan relasi harmonis yang ditunjukkan oleh Allah Trinitas menginspirasi hidup kita. Relasi yang bisa kita wujudkan bersama yaitu semangat gotong royong yang menjadi kekhasan bangsa kita. Kita harus bergotong royong bersama untuk menjaga kerukunan beragama dan menolong saudara-saudari kita yang malang karena kemiskinan. Dialah Allah, Bapak kita telah mengasihi ibu pertiwi kita Indonesia dan kita sebagai anak-anaknya bersatu dalam semangat gotong royong.

 


 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar