Beautiful Peace
“Saya ingin Indonesia menjadi
keluarga besar di mana anak-anak masa depan tidak lagi mendengar nyanyian
berbau kekerasan, tidak menuliskan kata-kata bermandi darah. Jangan lagi ada
curiga, kebencian dan permusuhan” (Mgr. Soegijapranata)
Situasi Indonesia
menggambarkan dua kenyataan yang berbeda yakni kekayaan dan kemiskinan.
Indonesia dikenal sebagai bangsa yang kaya akan warisan budaya dan sumber daya
alam. Sementara itu, Indonesia dihuni oleh puluhan juta rakyat miskin. Dua
realita ini patut kita banggakan dan kita refleksikan. Kemajemukan budaya dan
agama-kepercayaan mewariskan kearifan lokal dan harmonisasi yang apik. Inilah
yang disadari dari kearifan lokal dan harmonisasi yang apik di tanah air
Indonesia. Para pendiri bangsa bertekad menjaga warisan itu dengan mutiara
kehidupan “Bhineka Tunggal Ika”-Keberagaman yang menyatu.
Indonesia bagaikan ibu
pertiwi kita yang mengasuh dan mengasihi anak-anaknya. Kita yang membawa
keunikan dari budaya dan agama diajarkan suatu falsafat hidup yakni Pancasila.
Kita sebagai bangsa Indonesia harus terus belajar mewujudkan ajaran-ajaran
Pancasila. Kita dapat merasakan cinta dari ibu pertiwi ketika kita mau memuji
dan bersyukur pada Allah yang mahaesa, menghargai kemanusiaan dengan adil dan
beradab, menjaga persatuan, dan membangun masyarakat yang demokratis. Kita
berharap bahwa bangsa kita dapat mengatasi segala persoalan bangsa ini dengan
petuah sakti “Pancasila”. Kita ingin mempersembahkan segala daya dan upaya kita
untuk saudara-saudari yang berasal dari agama dan budaya yang berbeda,
khususnya mereka yang masih mengalami kemiskinan. Ibu pertiwi kita ingin
melihat anak-anaknya hidup rukun, bahagia, dan sejahtera. Untuk itu, alangkah
indahnya kebersamaan yang menyatu dalam perbedaan agama dan budaya.
Biarlah perbedaan itu
nampak sebagaimana Allah Trinitas adalah Allah yang satu. Paham Allah Trinitas
hanya diyakini oleh orang-orang Katolik tetapi bukan berarti Allah Trinitas ini
milik orang Katolik. Semua orang beriman menyembah Dia yang menciptakan, mengadakan,
dan mengatur kehidupan kita kapanpun dan dimanapun kita berada. Saya menawarkan
suatu analogi di mana Allah bagaikan Bapak segala bangsa. Allah hadir untuk
setiap umat beragama dan percaya kepada-Nya. Entah bagaimana setiap agama
memahami Allah, kita adalah anak-anak-Nya. Karena itu, kita pastinya
menghormati dan menjalankan apa yang disabdakan-Nya dalam kitab suci kita. Dia
membagikan anugerah keselamatan itu secara adil kepada kita semua.
Allah Trinitas merupakan
kesatuan dari tiga pribadi illahi yakni Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Allah
Trinitas ini masuk dalam sejarah keselamatan manusia. Dengan caranya, Allah
menunjukkan kerjasama untuk terus berusaha menyelamatkan manusia dari kuasa
dosa. Seolah-olah Allah menguji iman kita dengan perbuatan dosa yang sungguh
keji sehingga melukai relasi kita
dengan-Nya. Bagaimanapun juga, Allah ingin kita dapat merasakan kasihNya yang
mau menyelamatkan kita. Kesatuan hubungan dan relasi harmonis yang ditunjukkan
oleh Allah Trinitas menginspirasi hidup kita. Relasi yang bisa kita wujudkan
bersama yaitu semangat gotong royong yang menjadi kekhasan bangsa kita. Kita
harus bergotong royong bersama untuk menjaga kerukunan beragama dan menolong
saudara-saudari kita yang malang karena kemiskinan. Dialah Allah, Bapak kita
telah mengasihi ibu pertiwi kita Indonesia dan kita sebagai anak-anaknya
bersatu dalam semangat gotong royong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar