Perjuangan Menjawab Sebuah Panggilan
Hai kawan sadarilah
hidup ini adalah perjuangan menjawab sebuah panggilan. Yakinlah kita bisa
menghadapi segala tantangan karena Dia bersama kita.
Kubuka lembaran baru
hidupku kan kuwujudkan segala niatku. Tak lupa kubersyukur pada-Nya yang telah
beri semangat. Ku kan berjanji untuk setia mengasihi layani sesama jadi garam
dan terang bagi dunia
Inilah saatnya tuk buka
mata dan hati kita rasakan derita sahabat kita bagikan
perhatian saling tolong dengan ketulusan untuk menggapai kebahagiaan.
Saya meyakini panggilan
imamat itu merupakan karya Tuhan yang menyapa diriku secara personal. Tuhan
yang hadir dan ikut campur tangan membuat pengalaman yang menantang dan penuh
cobaan menjadi lebih indah. Dengan merasakan pahit-manisnya menjalani formatio,
suka-duka dalam hidup berkomunitas, bahagia dan putusasa menjalani tugas studi
dan pastoral saya dikuatkan dan diteguhkan oleh Dia yang memanggilku. Peneguhan
yang kurasakan ini kurefeleksikan bahwa saya akan menghadapi semuanya itu
dengan kesediaan diri, kebebasan, dan tanggung jawab. Pelbagai tugas kebidelan
dan pastoral yang pernah kualami mengajarkanku untuk selalu memiliki disposisi
kesediaan diri untuk diutus. Lalu, kebebasan yang kumaksud ialah menjalani hidup
ini tanpa paksaan (karena tekanan situasi luar) untuk menemukan kebahagiaan.
Akhirnya, saya harus bertanggung jawab kepada mereka yang telah mempercayakan
dan memberi kesempatan untuk saya berkembang dalam mencintai Tuhan dan melayani
sesama.
Ø
Pengolahan Kepribadian
Tuntutan dunia modern
tak hanya mensyaratkan imam untuk ahli dalam filsafat dan teologi. Rassaya,
imam juga dituntut untuk mahir dalam beradaptasi dengan memanfaatkan
perkembangan pengetahuan profan (ekonomi, psikologi, dan agriculture). Mungkin
filsafat dan teologi membantu sejauh memberikan penerangan iman dan moral. Saya
tidak ingin berpanjang dan bertele-tele mengupas konteks iman di zaman ini.
Bagiku, saatnya sekarang menyadari nilai-nilai imamat yang khas kuhidupi.
Penghayatan nilai-nilai insani yang coba kuhidupi dapat membimbingku untuk
memaknai kharisma dan jati diri imamat.
Di zaman modern yang
sarat akan informasi ini, saya memerlukan suatu prioritas. Informasi yang
kubaca dan kudengar dari alat-alat komunikasi seperti koran, internet, sampai
“kata orang”. Itu semua bisa menjerumuskan dan mengaburkan bahkan menghambat
pertumbuhan panggilan. Maka, saya menyadari pentingnya menentukan suatu
prioritas yang mendukung seluruh perkembangan dimensi hidupku. Prioritas yang dapat dijadikan patokan dapat berupa
nilai-nilai, kebiasaan baik, dan pola pikir. Maka, sejauh ini saya berupaya
menyerap dan merefleksikan informasi yang mendorong semangat pelayananku.
Untuk membangun
spiritualitas pelayan dalam panggilanku, saya berusaha mengembangkan pribadi
yang bersolider. Kata kuncinya adalah solidaritas dimana saya menyadari ada
yang kukorbankan baik waktu, tenaga, pikiran, dan perasaan. Solidaritas ini
diwujudkan saat saya mau bekerjasama, bersimpati dan berempati dengan rekan
sepanggilan (para frater dan staff) dan umat yang kulayani. Saya perlu juga
belajar dari kekuranganku yaitu kurang konsisten dalam menjalankan karya
pelayanan entah kebidelan dan kepanitiaan. Rasa tsayat dan kurang percaya diri
kadang menjadi alasan saat menerima tugas baru. Kedua perasaan ini yang
menghambatku untuk dapat memberikan pelayanan ini sehingga saya bisa kurang
konsisten menjalankan. Selain itu, karena menjadi tugas baru, saya
dibayang-bayangi tsayat akan ketidakberhasilan.
Saya perlu berbenah menghadapi kelemahan yang kumiliki
untuk bisa mengembangkan spiritualitas pelayanan dan karakternya. Pertama-tama saya
akan mengambil prinsip trial and error dalam menjalankan karya pelayanan baru. Saya
mau terbuka terhadap saran dan kritik dari siapa saja. Selanjutnya, kritik ini
menantangku untuk memperbaiki cara kerjsaya dan menemukan peluang baru. Dengan
dinamika ini, saya berharap dapat memberikan pelayanan yang seoptimal mungkin
untuk Tuhan yang mengkaruniakan panggilan ini dan kepada jemaat Gereja yang
terkasih.
Pemenuhan kebutuhuhan
afeksi dari rasa aman dan cinta terwujud dalam persahabatan dengan
kawan-kawanku. Saya bersyukur bahwa rasa cinta pada seorang perempuan membawa
rahmat pada panggilanku. Saya sedang mengolah kembali hidup selibat dalam
relasi persahabatan. Saya menyadari adanya kebutuhan untuk dicintai dan
dorongan untuk memberi perhatian dan bantuan. Karena itu, saya ingin mempertegas
bahwa panggilan ini layaknya suatu perjalanan bersama Dia untuk berjumpa mereka
dan mengalami bersama kasih dan damai Nya menyertai hidup ini.Dengan pengalaman
cinta yang mengungkapkan kebutuhan afeksi, saya tidak hanya dibuai oleh
ketertarikan namun juga pendewasaan. Saya menyadari bahwa diriku semakin diajak
berpikir dan bertindak secara dewasa. Buah dari pengalaman relasi dengan
sahabat perempuan ini semakin menegaskan panggilanku. Dari persahabatan itu, saya
dapat mengerti keyakinan, harapan, dan komitmen untuk saling menyemangati dalam
jalan panggilan masing-masing.
Ø
Pengolahan rohani
Saat rekoleksi tentang
imam dan doa, saya masih selalu mempertanyakan apakah saya punya kebiasaan
berdoa? Belum. Point yang ingin kurefleksikan adalah relasi imam dan umat
semakin dikuduskan lewat berdoa. Bagaimanapun relasi imam dan umat hadir di
dalam doa karena imam menghantarkan doa syukur dan permohonan umat melalui
sakramen ekaristi. Dengan berdoa, imam juga berusaha mendekatkan umat pada
Tuhan agar semakin diteguhkan dan diberi pengharapan akan segala usaha dan
kerja keras mereka.Sementara itu, saya merasa diteguhkan bahwa seorang imam
masih dibutuhkan untuk dapat mendoakan umat dan Gereja. Manakala umat
menyampaikan persolan atau harapan tertentu, mereka mohon romo membantu mereka
dalam doa. Rasa-rassaya seolah-olah tugas imam ini adalah tukang doa. Setiap
kali berdoa, saya pun berharap doa itu dapat terkabul sehingga umat yang
menitipkan doa itu juga senang. Doa memang bisa dikabulkan tetapi mungkin juga
tidak. Itu terserah pada kehendak Tuhan.
Point kedua yang
kurefleksikan adalah memaknai setiap pengalaman dan membawanya dalam doa.
Ketika saya berdoa, saya mencoba berdoa untuk mensyukuri kehidupanku yang
banyak dibantu oleh para pegawai, umat, dan kawan-kawan. Hidup bersama mereka
terkadang melelahkan dan menyenangkan. Relasi persahabatan yang kurang sayar,
terharu mendengar perjuangan umat, dan canda tawa bersama pak pegawai merupakan
kumpulan pengalaman-pengalaman menarik untuk senantiasa kusyukuri. Untuk
mengungkapkan syukur dalam doa, saya masih mengalami kesulitan dimana saya
kadang masih terbawa oleh rasa jengkel dan sedih. Ini bisa menjadi penghambat saya
untuk bertekun dalam doa atau setia berdoa. Dalam situasi tidak menyenangkan
sekalipun, orang yang setia akan berdoa.
Penghayatan olah
kerohanianku berjalan dalam kesibukan tugas studi. Saya berusaha menyempatkan
waktu berdoa pribadi setiap hari. Selain itu, saya sedang menghidupkan kembali
devosi kerahiman illahi setiap hari jumat. Mengapa? Devosi ini telah menyentuh
batinku bahwa saya manusia yang mudah jatuh dalam dosa dan kerahiman Allah
senantiasa berkenan memaafkan manusia dan para arwah. Kesempatan beradorasi
menjadi waktu saya untuk bertemu lebih akrab dengan Yesus. Saat adorasi, saya
biasa menggunakan untuk merenungkan dari bacaan rohani, berkontemplasi, atau
bermeditasi. Dengan berdoa, saya seperti menemukan oase di tengah situasi
diriku yang bimbang atau galau.
Dengan menyadari siapa saya
saat ini, saya merasa bangga dan bersyukur bahwa saya adalah calon imam. Boleh
dikatakan calon imam ini sebagai identitas sementara. Istilah “sementara” mau
menunjukan bahwa saya sedang mengalami proses formatio atau mengarahkan diri
menjadi imam. Selama masa formatio, saya dituntut dan diharapkan ikut merayakan
misa setiap hari. Anjuran ini sedang kuhidupi baik di Seminari maupun dimana saya
berada. Mengikuti misa sudah menjadi hal rutin dan kalau tidak hati-hati saya
pun bisa menganggap misa sebagai formalitas belaka. Karena itu, saya hendak
terus menerus menghayati ekaristi sebagai ungkapan syukur akan Allah yang hadir
membimbing jalan panggilanku
Ø
Pengolahan studi
Filsafat
membimbing saya untuk mencintai kebijaksanaan. Hidup bijaksana menuntut dengan
bebas kepada manusia memilih dan memutuskan apa yang benar. Kebenaran akan
terus dicari di dalam terang Teologi karena kebenaran sejati adalah
kehendak-Nya. Tuhan menunjukan jalan kebenaran itu adalah Yesus Kristus. Saya ingin
terus menggali serta berbuat dari apa yang menjadi keselarasan nilai injil bagi
dunia. Dengan membaca buku atau koran, saya berusaha menyadari realitas dari
hidup manusia yang tidak bahagia. Mereka tidak mengalami apa yang mereka
harapkan terjadi pada dirinya. Saya melihat harapan akan terwujud jika kita mau
mengalami jalan penderitaan untuk menuju kebahagiaan.
Ø
Last but not least
Hidup kita selalu
diwarnai dengan beragam pilihan. Kita dapat memilih mana yang baik untuk hidup
atau sebaliknya karena Tuhan memberikan kehendak bebas dan hati nurani. Biasanya
pilihan yang memberikan kehendak bebas dan hati nurani. Biasanya pilihan yang
akan kita putuskan, kita pertimbangkan dengan melihat motivasi dan tujuannya.
Pilihan tindakan akan membantuk kita mengarahkan kemana tujuan hidup ini. Dan, saya
pribadi masih belajar memilih dan memutuskan. Bagiku, yang mendasar dan harus
kusadari adalah siapa diriku saat ini-disini. Ketika saya mengsayai
eksistensiku sebagai calon romo saya berusaha hidup sebagai calon romo yang
baik. Sebenarnya, saya kadang mengalami kebimbangan antara apa yang seharusnya kulsayakan sebagai calon
romo dan apa yang senyatanya.
Saya terdorong untuk
memantulkan dinamika hidup panggilanku kini dan di sini melalui perumpamaan
talenta. Yesus telah memberiku potensi, bakat, dan niat baik yang nantinya akan
digunakan, dikembangkan akhirnya kupersembahkan lagi pada-Nya. Talentsaya
memang tak seberapa dan Tuhan telah mengutusku untuk berangkat ke Seminari. Di
sanalah, saya berjuang untuk melipatgandakan talentsaya ini. Dalam perutusan
yang penuh perjuangan, saya belajar untuk berkomitmen. Komitmenku terjawab
ketika saya berhasil melipatgandakan talentsaya dan mempersembahkan pada Tuhan
sendiri. Inilah serangkaian dari tekadku untuk menanggapi panggilan Tuhan
sebagai pelayannya dan ditegaskan dengan saya bersedia, saya bebas, dan saya
bertanggungjawab.
Yogyakarta, 9 Juni 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar