Senin, 19 September 2011

Salib Menyatu dalam Head, Heart, Hand

Hidup manusia tak bisa dilepaskan dari derita dan bahagia. Penderitaan Yesus dalam salib ini menjadi realitas seluruh derita manusia. Sampai saat ini, aku masih merasakan salib kristus juga dipikul oleh tiap manusia. Awalnya, yang terlintas ketika mendengar kata ‘salib’ adalah penderitaan. Memikul salib itu lebih bernilai karena menjadi jalan bagaimana kita mengasihi dan mewujudkan harapan. Maka, inti dari salib Kristus tidak lain adalah solidaritas Allah untuk merasakan penderitaan manusia yang hina dan penuh dosa. Solidaritas Allah dimaksudkan untuk menyelamatkan manusia.
Refleksiku di atas merupakan hasil proses belajar soteriologi. Lalu, aku tergugah ketika memaknai salib ini sungguh menyatu dalam Head (pikiran), Heart (hati), Hand (Fisik, jasmani). Tanda salib menunjuk pada tiga titik yang merangkai segala kesulitan dan penderitaan. Head-pikiran kualami ketika mengerjakan paper-paper dan persiapan ujian. Heart-hati, rasa sungguh diaduk-aduk ketika aku mencintai teman perempuan tanpa harus mengungkapkannya. Hand-jasmani, saat aku merasa sakit atau capek dengan kepanitiaan ini-itu. Inilah kenyataan-kenyataan pahit dan getirnya salib hidupku yang dipikul dengan pikiran, hati, dan jasmani.
Dan, Yesus mengajarkanku untuk tetap kuat dan bersemangat ketika memikul salib. Aku berulangkali mencoba meletakan salib yang membebani hidupku ini, rasanya salib ini selalu datang dengan wujud yang berbeda. Aku hanya bisa meminta bantuan Tuhan untuk memberi energi kasih-Nya sehingga aku bisa menangkap apa yang dikehendaki dari segala penderitaanku ini. Walau salib membuatku menderita dengan pikiran, hati, dan jasmaniku, aku ingin terus melangkahkan jejakku bersama Yesus yang mengasihiku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar