Minggu, 16 November 2014

BELAJAR UNTUK MENGHADIRKAN KEBAHAGIAAN




·         Allah menyerahkannya kepada bangsanya; ia menyerahkan dirinya sendiri kepada bangsanya, dan  bangsanya membuatnya menderita.
·         Menjadi nabi dan hamba Injil tidak berarti mampu berjalan maju dengan riang gembira dan penuh semangat. Sebaliknya menjadi nabi dan hamba berarti mengalami kecemasan-kecemasan yang ditimbulkan oleh keadaan yang seringkali tidak ada jalan keluarnya.
·         Tuhan tidak menjanjikan kepada kita kesempurnaan. Ia juga tidak membebaskan kita dari akibat-akibat kesalahan yang kita buat. Yang Ia janjikan adalah pengampunan dan belas kasihan.


Kita tahu ada berbagai macam penderitaan yang dialami oleh orang-orang beriman dan seakan itu menjadi rumusan bahwa orang beriman pasti pernah mengalami penderitaan yang berat. Sabda Yesus menggambarkan bahwa orang yang mau mengikuti Dia harus menyangkal diri dan memikul salib. Ajakan ini tentu tidak mudah diiyakan apalagi dijalankan oleh banyak orang sekalipun dia percaya pada Allah. Mungkin aku sendiri berhitung ketika aku memilih menjalankan kegiatan rohani dan melayani orang-orang yang hanya memberikanku kegembiraan. Segala alasan bisa dilontarkan untuk membenarkan pilihan sikapku ini sehingga tanpa sadar aku telah menyalahgunakan kebebasan untuk menolak apa yang tidak sesuai dengan keinginanku.
Untuk merenungkan lebih jauh mengenai penderitaan, aku mencoba untuk memaknai tiga keutamaan yakni kebebasan, kasih dan kebahagiaan. Yang perlu disadari pula bahwa penderitaan tidak semata-mata penyakit/virus yang harus diobati atau diberantas. Dalam konteks iman, buku ini memberikan gambaran penderitaan yang dialami oleh Musa dan juga Yesus- Allah menyerahkannya kepada bangsanya; ia menyerahkan dirinya sendiri kepada bangsanya, dan  bangsanya membuatnya menderita. Aku tidak mengerti apakah Allah sengaja membuat Musa menderita karena menyerahkan dia kepada bangsanya yang membuatnya menderita. Kata teman saya, Allah itu tidak hanya mahakasih tetapi Allah  mahatega. Namun, menurutku Allah tetap memberikan kita suatu kebebasan yang mana kita dapat mengungkapkan cinta kasih melalui kata-kata dan perbuatan. Karena kita sungguh-sungguh mengasihi sesama kita, apapun yang kita terima sebagai kesulitan dan penderitaan tidak menyurutkan semangat kita untuk menghadirkan kebahagiaan.
Sampai di tahap ini, aku mencoba untuk menghadirkan kebahagiaan untuk siapapun. Awalnya memang tidak mudah ketika aku menyanggupi untuk mengisi renungan bagi kelompok doa. Aku berusaha untuk menyiapkan dengan sebaik mungkin. Ketika tiba saatnya, sebelum doa dimulai saya sempat ngobrol dengan beberapa anggota kelompok doa. Salah satu anggota berkomentar bahwa kemungkinan yang datang dalam persekutuan doa tidak banyak karena yang memberi hanya seorang frater. Rasanya mangkel karena aku disepelekan padahal aku sudah bersusah payah menyiapkan. Aku berdoa agar perasaan mangkel ini tidak terbawa saat aku memberikan renungan. Bahan permenungan telah aku sampaikan dengan dialog, film  singkat inspritif dan cerita humor. Aku bersyukur bahwa memang benar yang datang tidak terlalu banyak dan mereka cukup bisa menanggkap keprihatinan dan apa yang diharapkan sebagai orang beriman. Aku bersyukur pula secara tidak sengaja seorang bapak mendatangiku dan mengatakan bahwa dia punya tiga semboyan hidup 3 B- Bekerja, Berdoa dan Bahagia. Dari pengalaman ini, aku belajar untuk tegar menghadapi penerimaan negatif dari orang yang kita layani karena Allah menjanjikan kita akan kasihNya yang membahagiakan. Tuhan tidak menjanjikan kepada kita kesempurnaan. Ia juga tidak membebaskan kita dari akibat-akibat kesalahan yang kita buat. Yang Ia janjikan adalah pengampunan dan belas kasihan.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar