Tiap
kali mengikuti misa requiem,
tirakatan jenazah, dan rangkaian peringatan yang ditujukan untuk mendoakan
arwah, aku sering mengenang kembali moment penting bersama orang yang meninggal
itu. Hanya saja kalau aku tidak mengenal orang yang meninggal itu, aku hanya
berdoa semoga Allah menyambutnya dalam rengkuhan kerahiman dan belas
kasihanNya. Kehidupan dan kematian setiap orang sangatlah berbeda peristiwa dan
sikap batin. Kadangkala kematian terjadi begitu mendadak sehingga orang itu
sendiri tidak sungguh siap dan tidak mengira. Meskipun kita tak sepenuhnya tahu
apa rencana Tuhan dalam kehidupan kita, bagiku kehidupan adalah proses menuju
indahnya kematian. Gambaran indahnya kematian tidak hanya orang sudah bisa
berpasrah pada kehendak Tuhan dan kematiannya tak merepotkan saudara dan
kerabat-kerabatnya. Bagiku, mereka yang mengalami indahnya kematian adalah
mereka yang selama hidupnya berusaha untuk mendekatkan kita pada Sang Cinta
walaupun mereka sendiri merasakan banyak penderitaan dan pengorbanan.
Sesawi.net |
Indahnya
kematiaan mungkin tak seindah kehidupan yang dijalaninya. Perjuangan Musa yang
tak langsung didukung oleh bangsaNya padahal Allah bermaksud memberikan
kehidupan yang baik di tanah terjanji. Kekecewaan, kecemasan, kejengkelan dan
kebosanan telah menjadi realita kehidupan yang buruk dan tidak kita inginkan.
Musa dan Yesus merasakan itu semua padahal ucapan dan perbuatan mereka
mendekatkan dan mendorong kita untuk mencintai Allah. Musa sudah menghantar,
menemani dan memimpin bangsa Israel tetapi tidak sampai masuk ke tanah
terjanji. Musa mati dalam penderitaan.
Berkali-kali dalam kisah dikatakan, “Engkau tidak akan melihat, engkau tidak
akan masuk”. Namun, dia masih sempat berpesan pada bangsanya “Kuatkan dan
teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan jangan gemetar karena mereka, sebab
Tuhan Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau dan tidak akan
meninggalkan engkau”. Sementara Yesus, sebelum Ia naik ke Surga dan
meninggalkan para muridNya, berpesan “Ketahuilah, Aku akan menyertai kamu
sampai akhir zaman” (Mat 28: 20).
Pict: Humble Bundle Melbourne |
Kematian
adalah akhir dari segala-galanya, akhir dari impian, harapan, persahabatan dan
kemungkinan untuk hidup. Kita mungkin bertanya ada apa setelah kematian? Banyak
orang mengira orang mati akan menuju Surga dan Neraka. Paolo Coelho mencoba
memaknai Surga dan Neraka secara spiritual..,” Neraka adalah saat kita menoleh ke belakang dalam waktu sepersekian
detik itu dan menyadari bahwa kita telah membuang kesempatan untuk menghargai mukjizat kehidupan. Surga
adalah ketika kita mampu berkata pada saat itu:”Aku membuat banyak kesalahan,
tapi aku bukan pengecut. Aku menjalani hidupku dan melakukan apa yang perlu
kulakukan”. Entah bagaimana menyimpulkan permenungan ini, aku berharap
hidup kita sungguh merupakan proses menuju indahnya kematiaan. Karena itu, kita
menjalani hidup untuk mendekatkan sesama pada Sang Cinta sejati.