Minggu, 04 Maret 2012

Damai itu Mengasihi Musuhmu dan Mendoakan Mereka (Mat 5: 43-48)



                Kata kunci yang menjadi pokok permenunganku adalah kedamaian. Hidup damai mengandaikan adanya relasi yang saling mengasihi antar mahkluk hidup. Sering kali, kita hanya pintar mendefinisikan kedamaian tetapi untuk mewujudkannya amatlah utopis. Rasa iri, marah, dan egois yang terungkap dalam kata dan perbuatan semakin menyulitkan kita mengusahakan kedamaian. Ketika aku menganggap temanku itu musuh, rasa marah dan iri menyelimuti hatiku. Rasa marah dan iri pada seseorang melahirkan kebencian.
Tuhan Yesus ingin membantu kita berdamai dengan orang yang kita benci. Dia mengkoreksi Tradisi Yahudi yang mengajarkan “Kasihilah sesamamu dan bencilah musuhmu”. Yesus justru mengajak kita untuk mengasihi musuh dan mendoakan mereka. Dia menggambarkan bahwa kasih itu bagaikan hujan turun bagi orang benar dan tidak benar dan sinar matahari yang menerangi sahabat dan musuh kita.
Untuk menemukan dan menciptakan kedamaian, aku menyadari bahwa aku perlu belajar mengasihi siapapun terutama orang yang kubenci. Bukanlah tindakan yang mudah untuk mengasihi orang yang kita benci apalagi aku sudah pernah disakiti. Ketika aku sudah mengecap beberapa orang adalah musuh, aku sulit melihat kebaikan dan selalu membicarakan kekurangan atau mengelukan sifat-sifat buruk yang ada pada orang itu. Rasaku, aku perlu mengendalikan perasaan benciku dengan introspeksi diri, tidak mengumbar kejelekan orang yang kubenci, sekaligus mendoakan relasi kami.
Ku berharap niatku untuk mengasihi dan mendoakan orang-orang yang kubenci menjadi partisipasiku dalam membangun kedamaian di dunia. Think Globaly, Act Localy...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar