Rabu, 18 April 2012

Memuji-Nya tanpa Harus Dipuji



Sebenarnya aku merasakan pergumulan saat merenungkan. Pergumulan yang kusadari ialah sebuah pertanyaan mengapa aku begitu mudah memuji Allah tetapi aku melihat orang-orang di sekitarku lebih senang mengkritik daripada memuji (melihati sisi positif) teman sekomunitasnya. Aku merasa barangkali kami yang menyanyikan lagu kemuliaan, kurang menghayati makna religius sosial dari baris “kami memuji Dikau, kami meluhurkan Dikau”. Bagiku, pujian kepada Allah membawa konsekuensi bahwa aku diajak memuji sesama kita. Memang aku sendiri kadang sulit memuji keberhasilan temanku karena aku terkadang iri dan meremehkan usaha temanku-“halah, baru bisa seperti itu saja, sudah bangga dan senangnya setengah mati”. Biasanya keberhasilan teman tidak kupuji karena aku merasa dia sudah seharusnya dapat melakukan itu, padahal mungkin saja temanku mengusahakan itu dengan penuh kerja keras dan ketekunan. Seandainya dia tidak melakukan seperti yang kuharapkan, aku sudah menyiapkan peluru kritik untuk dia.
Mengapa aku lebih memuji Tuhan daripada memuji sesamaku? Rasaku, kalau aku seperti itu (memuji Tuhan), aku tidak sungguh-sungguh memuji Tuhan. Aku mengatakan bahwa aku lebih mudah memuji Tuhan dengan menyanyikan lagu kemuliaan. Apakah pujianku bagi Allah itu seperti pemanis bibir yang dilakukan hanya sebatas formalitas? Aku menyadari bahwa memuji Tuhan ialah penyataan syukur karena Allah sungguh mahabaik dan maha penyayang. Dia memang pantas kupuji karena aku merasakan kehadiran-Nya yang meneguhkan walaupun beberapa tantangan harus kuhadapi. Sekali lagi, aku bertanya mengapa aku lebih memuji Tuhan daripada sesamaku? Yah, aku sulit untuk memuji sesamaku karena aku merasa beberapa dari kita (anggota komunitas dan teman-temanku) jarang menyayangiku sebagai sahabat. Aku tahu bahwa mereka adalah orang-orang hebat dengan segala kemampuan di bidangnya. Namun, aku tidak pernah merasakan bentuk perhatian yang personal sebagai ungkapan sayang. Aku ingin merasakan kasih sayang Allah melalui sesama anggota komunitas di sini sehingga aku pun bisa memuji kebaikanmu yang menghadirkan Allah yang maha penyayang itu.
            Last but not least, aku tetap akan memuji Allah sampai kapanpun karena aku mencitai Dia dan Dia menyayangiku. Aku ingin belajar memuji Allah, bagaimana? Dengan perasaan empati dan sukacita aku memuji sesamaku sebagai manusia yang bisa berbuat yang baik ataupun sebaliknya. Selain itu, aku tidak terlalu mengharapkan pujian ketika aku melakukan sesuatu yang istimewa. Bagiku, kalau aku dapat seperti itu, itu adalah Tuhan yang benar-benar berkarya dan memakai diriku. Aku lebih senang sesamaku tetap memuji Tuhan dan nggak usah repot-repot mengatakan pujian padaku. Yang musti kusadari ialah saat aku memuji Tuhan dan meluhurkan Dia, aku membuka mata hatiku untuk melihat dan mendengar kebaikan dan kasih sayang Tuhan yang berkarya dalam diri sesamaku. Matur nuwun Gusti ingkang maha-asih...