Minggu, 30 Januari 2011

Berbahagialah, mereka yang tidak mabuk

Aku pernah melihat orang mabuk di pinggir jalan. Dia berjalan terhuyung-huyung, berceloteh tidak jelas, ketawa tanpa ada hal yang lucu. Masih banyak lagi ekspresi konyol dari orang mabuk. Mungkin orang mabuk bisa disamakan dengan orang yang gila sesaat. Dengan kemabukannya, dia tidak sadar dengan apa yang dibuatnya. Mau ketawa sekeras dan selama mungkin nggak masalah karena jarang ada orang yang mengingatkannya. Tentu saja, bagaimana orang mau mengingatkan dia yang sedang dalam kondisi tidak sadar karena mabuk. Percuma saja!
Antara Mabuk dan bahagia
Sebelum kita menasehati orang yang mabuk, kita perlu tahu alasan kenapa orang ingin mabuk. Kebanyakan orang yang mabuk sedang mengalami tekanan dalam hidupnya. Sebelum dia mabuk, dia sadar bahwa dirinya sedang mempunyai masalah atau kesulitan tertentu. Nah, mereka memutuskan untuk minum minuman keras sampai mabuk. Mereka yakin bahwa mabuk bisa menghilangkan kepenatan hidupnya. Tentu, ini bukan penyelesaian yang jitu karena masalah bukan diselesaikan tetapi untuk sementara waktu disingkirkan. Orang yang mabuk merasakan tubuhnya ringan seperti melayang-(flying). Mungkin dia mengibaratkan tubuhnya yang ringan pertanda hidupnya terbebas dari segala beban masalah. Seandainya hidup tidak ada masalah, kita bisa merasa bahagia setiap saat. Tetapi, apakah mungkin?
Bicara tentang kebahagiaan di tengah masalah yang sedang menimpa, bukanlah sekadar omong kosong. Kita bisa menggali makna kebahagiaan di tengah persoalan yang sedang dihadapi. Kadang hidup bahagia digambarkan sebagai situasi yang lepas dari pengalaman negatif: terancam utang, sakit, cemas, celaka, dlsb. Setelah terhindar dari pengalaman negatif, orang berjuang mengisi hidupnya secara positif untuk bisa mengalami suasana hidup bahagia. Kebahagian semacam ini sering kita mimpikan yaitu hidup yang damai, sejahtera, harmonis, berkeutamaan dan menjalankan kebenaran. Ayo, (daripada hanya bermimpi) kita coba berjuang untuk meraih kebahagiaan di dalam pengalaman negatif.
Mau bahagia, usaha dong !
Kita sering merasa masalah hidup datang silih berganti. Kita ingin hidup tenang yang berarti tak ada problem, namun ini mustahil bisa kita alami. Meskipun kita membiarkannya berputar-putar di otak kita, kita dituntut untuk menjawab masalah itu dengan bertindak sesuatu. Apa yang kita punya dalam diri kita adalah akal budi, kebebasan, dan hati nurani. Aku menamakan ketiganya ini senjata pemusnah masalah (disingkat SPM). Sebelum kita memutuskan untuk menyelesaikan masalah, kita akan memanfaatkan tiga SPM. Kekuatan dan kecanggihan dari SPM yang dimiliki setiap orang umumnya berbeda.
SPM dapat berfungsi ketika masing-masing senjata digunakan secara bertahap atau bersamaan. Tahap yang pertama adalah senjata akal budi, berguna mencari tahu sebab masalah. Yang kedua yaitu kebebasan, berperan menemukan pilihan-pilihan sikap sekaligus segala konsekuensinya yang harus dipertanggungjawabkan. Senjata yang ketiga yaitu hati nurani. Dia berfungsi untuk menjernihkan pemahaman yang keliru dari akal budi dan mendeteksi sikap yang baik dan buruk. Kita akan merasakan manfaat dari kehebatan SPM jika kita mengalami kondisi sadar.
Kesadaran ini menyangkut identitas pribadi saat kini dan di sini. Proses kesadaran orang hanya mungkin dimulai dengan bertanya pada dirinya sendiri. Pertanyaan yang mengarahkan kita pada kesadaran yaitu siapa aku, apa yang sedang kualami, dan apa yang kuharapkan. Tiga pertanyan ini mutlak harus dijawab ketika kita sedang menghadapi masalah. Karena tanpa kesadaran yang penuh akan diri sendiri, justru mempersulit kita untuk menemukan pemecahan masalahnya. Memang kelihatannya sederhana untuk menemukan kesadaran karena cuma menjawab tiga pertanyaan. Namun, hal ini dalam kenyataanya tidak mudah dipraktekkan.
Ketika sedang mencoba untuk sadar, kita sering diganggu oleh perasaan yang tidak menentu. Perasan ini datang saat kita belum menemukan kesadaran sepenuhnya dari apa yang kita alami. Jika yang muncul adalah perasaan negatif (jengkel, sedih, bosan, malu,dlsb), kita harus mengolahnya dengan pertanyaan kesadaran tadi. Kesadaran diharapkan dapat mengubah perasan negatif menjadi semangat hidup. Semangat hidup ini mendorong akal budi, kebebasan dan hati nurani mewujudkan suatu tindakan yang baik. Untuk lebih jelasnya, mari kita lihat skemanya:
Kesadaran
Perasaan negatif Semangat hidup

Masalah Tindakan SPM (akal budi, kebebasan,hati nurani)
Sobatku, lupakanlah mabuk
Barangkali teman-temanku yang sedang membaca ini sudah pernah minum minuman keras alias miras, walaupun nggak sampai mabuk. Miras ini memang dilarang oleh pemerintah karena berujung pada aneka macam tindakan kejahatan. Dalam kenyataannya, kita lihat bahwa banyak orang yang setelah mabuk ujung-ujungnya berbuat tawuran, pembunuhan, pemerkosaan, dan penganiayaan di dalam keluarga. Mengapa ini bisa terjadi? Karena tidak ada kontrol dalam kesadaraannya. Sebenarnya kasihan melihat mereka yang tidak tahu mengapa mereka harus melakukan kejahatan.
Kejahatan itu pertama-tama bukan disebabkan karena orang itu mabuk tetapi dia sedang menghadapi masalah dalam hidupnya. Dia ingin keluar dari jeratan hidup yang melelahkan, menyengsarakan, dan penuh derita. Mungkin dia bingung harus berbuat apa, siapa yang bisa membantunya dan kenapa hidup ini tidak pernah terbebas dari masalah dan derita. Inilah saat kritis, kita bisa keluar dari saat kritis ini kalau kita mampu bersyukur. Sembari bersyukur kita juga menyadari langkah apa yang akan kita perbuat. Kita berada dalam satu tujuan yaitu ingin hidup bahagia, maka ajaklah teman kita untuk berjalan bersama meraih kebahagiaan. Asalkan bahagia itu bukanlah dengan mabuk,
“Andaikan kita mampu bersyukur atas setiap peristiwa yang kita alami dan terima dalam hidup ini, niscaya hidup kita akan tenteram dan bahagia. Kita tidak akan digelisahkan oleh banyak peristiwa apa pun yang terjadi dalam hidup kita karena kita berada pada disposisi batin
yang selalu menerima dan mensyukuri apa pun bahkan yang paling dihindari dan ditolak oleh banyak orang!” (DAVE PELZER, a Man named Dave)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar